Kamis, 21 Agustus 2014

Cerpen Anak SD



Petaka akibat berbohong
Karya : Aidatul Mufidah

 

Aku bangun sangat pagi di hari ini. Ya! Ini karena, sekarang adalah hari pertama bulan puasa. Aku sangat senang jika bulan puasa tiba. Karena di bulan puasa kita bisa merasakan nikmatnya berbuka puasa bersama keluarga, dan juga suasana saat bulan ramadhan dengan bulan bulan lainnya sangatlah berbeda. Apalagi saat sudah menjelang idul fitri, suasana bulan ramadhan semakin berbeda. Dari kamarku sudah tercium aroma harum masakan. Aku pun segera pergi ke dapur. Ternyata disana ibu telah menyiapkan makanan sahur untukku, adik adikku dan juga ayahku. Di meja makan sudah ada adik adikku dan juga ayah ibuku. Kami pun segera makan sebelum waktu imsak tiba. Selesai makan aku membantu ibuku membersihkan piring bekas makan yang berada di meja makan lalu mencucinya. Melihat piring yang tadinya kotor dan sekarang sudah menjadi bersih, aku pun pergi ke ruang keluarga untuk menonton tv. Aku memilih channel kesukaanku untuk aku tonton. Saat sedang menonton tv terdengar suara adzan subuh, aku pun segera mengambil alat sholat dan pamit kepada ibu untuk pergi ke masjid dan setelah itu pergi jalan jalan. Sebelum ke masjid aku pergi menjemput temanku. Rumahnya tidak jauh dari rumahku, aku biasa memanggilnya tyas. Kami berdua pergi ke masjid dengan berjalan kaki. Pada saat subuh seperti ini jalanan masih terasa sangat sepi. Walaupun sepi, aku dan tyas tidak takut untuk pergi ke masjid. Sesampainya di masjid sudah banyak orang yang juga ingin sholat subuh berjamaah di masjid. Kebanyakan orang yang ingin sholat subuh berjamaah di masjid adalah orang orang yang sudah tua dan hanya aku dan tyas yang masih kecil di masjid itu. Setelah sholat berjamaah, kami semua mendengarkan kultum yang di sampaikan oleh ustad dengan seksama. Setelah ceramah selesai, aku dan tyas pergi untuk jalan jalan pagi di jalanan dekat masjid. Ternyata di jalanan itu sudah ramai di penuhi oleh anak anak hingga orang dewasa. Memang jika bulan puasa tiba banyak orang yang pergi untuk jalan jalan pagi. Diantara anak anak tersebut banyak yang bermain petasan. Aku dan tyas pulang kerumahku. Aku sampai di rumah pukul 08.00. Aku tidak pergi ke sekolah karena hari ini adalah hari pertama bulan puasa, jadi semua sekolah di indonesia di liburkan. Sesampainya di rumahku aku mengajak tyas untuk menggambar dan mewarnai. Kami berdua sangat asyik menggambar dan mewarnai, tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 10.00. Tyas pamit untuk pulang dan mengajakku untuk pergi kerumah neneknya di bejiruyung nanti siang dan aku menyetujuinya. Aku pun segera pergi mandi lalu meminta ijin kepada ibuku. Tetapi ibu tidak mengijinkanku untuk pergi. Lalu aku memaksa dan berbohong kalau aku hanya bermain di rumah tyas. Akhirnya ibu pun mengijinkanku pergi. Aku sangat senang. Ternyata tyas sudah menunggu di depan rumah dengan sepeda mininya . Aku dan tyas berboncengan pergi ke rumah nenek tyas. Kakiku rasanya sangat pegal mengayuh sepeda sejauh ini. Ternyata jarak dari wero ke bejiruyung sangat jauh. Aku dan tyas pun sampai di rumah nenek tyas. Dirumah nenek tyas kami hanya menonton tv. Karena nenek tyas tidak ada dirumah. Lalu tyas mengajakku pergi ke rumah tantenya. Jalan menuju rumah tantenya sangat terjal. Kami pun sampai di sebuah turunan yang cukup curam. Aku pun berhenti lalu bertanya apakah kita turun saja dan menuntun sepedanya atau tetap menaiki sepedanya. Tyas menyuruhku untuk tetap menaiki sepedanya dan menekan rem sepedanya karena rumah tantenya ada di depan turunan tersebut. Aku pun bingung, karena rem sepeda milik tyas tidak berfungsi dengan baik. Tapi tidak tau kenapa aku tetap menuruti perkataannya. Aku pun menaiki sepedanya saat di turunan dan menekan rem sepedanya. Tetapi sepeda meluncur dengan sangat cepat dan tidak terkendali karena rem sepedanya tidak berfungsi. Aku pun berteriak ketakutan, sepeda yang aku kendarai oleng dan terjatuh.  Aku terjatuh dan kepalaku terbentur batu yang cukup besar dengan keras. Aku pun menangis kesakitan. Pandangan mataku tidak jelas. Aku memegang dahiku, dahiku terasa benjol. Dan ternyata dari hidungku keluar darah segar yang sangat banyak. Tyas yang juga jatuh memanggil manggil tantenya. Tantenya pun datang dan segera menolongku dan tyas. Tante tyas mengobati lukaku dan luka tyas. Luka tyas tidak separah lukaku. Setelah selesai mengobati lukaku, tantenya mengantarkanku dan tyas pulang ke rumah. Sesampainya di rumah ternyata ibuku sedang menungguku dengan cemas. Dia mencariku kemana mana dan tidak ketemu. Ibuku yang melihatku penuh dengan luka terlihat sangat khawatir. Dia mengajakku masuk ke dalam rumah dan menasihatiku agar tidak berbohong sambil memberikanku salep di jidatku yang benjol. Jidatku yang benjol sangat sulit di sembuhkan walaupun sudah diberi obat. Sampai saat ini jidatku pun masih sedikit benjol karena terkena batu tadi. Pada saat aku melihat jidatku yang benjol ini, aku teringat kejadian itu dan tidak akan berbohong lagi, terutama kepada ibuku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut