Petaka akibat berbohong
Karya : Aidatul Mufidah
Karya : Aidatul Mufidah
Aku bangun sangat pagi di hari ini. Ya! Ini karena, sekarang
adalah hari pertama bulan puasa. Aku sangat senang jika bulan puasa tiba.
Karena di bulan puasa kita bisa merasakan nikmatnya berbuka puasa bersama
keluarga, dan juga suasana saat bulan ramadhan dengan bulan bulan lainnya
sangatlah berbeda. Apalagi saat sudah menjelang idul fitri, suasana bulan
ramadhan semakin berbeda. Dari kamarku sudah tercium aroma harum masakan. Aku
pun segera pergi ke dapur. Ternyata disana ibu telah menyiapkan makanan sahur
untukku, adik adikku dan juga ayahku. Di meja makan sudah ada adik adikku dan
juga ayah ibuku. Kami pun segera makan sebelum waktu imsak tiba. Selesai makan
aku membantu ibuku membersihkan piring bekas makan yang berada di meja makan
lalu mencucinya. Melihat piring yang tadinya kotor dan sekarang sudah menjadi
bersih, aku pun pergi ke ruang keluarga untuk menonton tv. Aku memilih channel
kesukaanku untuk aku tonton. Saat sedang menonton tv terdengar suara adzan
subuh, aku pun segera mengambil alat sholat dan pamit kepada ibu untuk pergi ke
masjid dan setelah itu pergi jalan jalan. Sebelum ke masjid aku pergi menjemput
temanku. Rumahnya tidak jauh dari rumahku, aku biasa memanggilnya tyas. Kami
berdua pergi ke masjid dengan berjalan kaki. Pada saat subuh seperti ini
jalanan masih terasa sangat sepi. Walaupun sepi, aku dan tyas tidak takut untuk
pergi ke masjid. Sesampainya di masjid sudah banyak orang yang juga ingin
sholat subuh berjamaah di masjid. Kebanyakan orang yang ingin sholat subuh
berjamaah di masjid adalah orang orang yang sudah tua dan hanya aku dan tyas
yang masih kecil di masjid itu. Setelah sholat berjamaah, kami semua
mendengarkan kultum yang di sampaikan oleh ustad dengan seksama. Setelah
ceramah selesai, aku dan tyas pergi untuk jalan jalan pagi di jalanan dekat
masjid. Ternyata di jalanan itu sudah ramai di penuhi oleh anak anak hingga
orang dewasa. Memang jika bulan puasa tiba banyak orang yang pergi untuk jalan
jalan pagi. Diantara anak anak tersebut banyak yang bermain petasan. Aku dan
tyas pulang kerumahku. Aku sampai di rumah pukul 08.00. Aku tidak pergi ke
sekolah karena hari ini adalah hari pertama bulan puasa, jadi semua sekolah di
indonesia di liburkan. Sesampainya di rumahku aku mengajak tyas untuk menggambar
dan mewarnai. Kami berdua sangat asyik menggambar dan mewarnai, tidak terasa
jam sudah menunjukkan pukul 10.00. Tyas pamit untuk pulang dan mengajakku untuk
pergi kerumah neneknya di bejiruyung nanti siang dan aku menyetujuinya. Aku pun
segera pergi mandi lalu meminta ijin kepada ibuku. Tetapi ibu tidak
mengijinkanku untuk pergi. Lalu aku memaksa dan berbohong kalau aku hanya
bermain di rumah tyas. Akhirnya ibu pun mengijinkanku pergi. Aku sangat senang.
Ternyata tyas sudah menunggu di depan rumah dengan sepeda mininya . Aku dan tyas
berboncengan pergi ke rumah nenek tyas. Kakiku rasanya sangat pegal mengayuh
sepeda sejauh ini. Ternyata jarak dari wero ke bejiruyung sangat jauh. Aku dan
tyas pun sampai di rumah nenek tyas. Dirumah nenek tyas kami hanya menonton tv.
Karena nenek tyas tidak ada dirumah. Lalu tyas mengajakku pergi ke rumah
tantenya. Jalan menuju rumah tantenya sangat terjal. Kami pun sampai di sebuah
turunan yang cukup curam. Aku pun berhenti lalu bertanya apakah kita turun saja
dan menuntun sepedanya atau tetap menaiki sepedanya. Tyas menyuruhku untuk
tetap menaiki sepedanya dan menekan rem sepedanya karena rumah tantenya ada di
depan turunan tersebut. Aku pun bingung, karena rem sepeda milik tyas tidak
berfungsi dengan baik. Tapi tidak tau kenapa aku tetap menuruti perkataannya.
Aku pun menaiki sepedanya saat di turunan dan menekan rem sepedanya. Tetapi
sepeda meluncur dengan sangat cepat dan tidak terkendali karena rem sepedanya
tidak berfungsi. Aku pun berteriak ketakutan, sepeda yang aku kendarai oleng
dan terjatuh. Aku terjatuh dan kepalaku
terbentur batu yang cukup besar dengan keras. Aku pun menangis kesakitan.
Pandangan mataku tidak jelas. Aku memegang dahiku, dahiku terasa benjol. Dan
ternyata dari hidungku keluar darah segar yang sangat banyak. Tyas yang juga
jatuh memanggil manggil tantenya. Tantenya pun datang dan segera menolongku dan
tyas. Tante tyas mengobati lukaku dan luka tyas. Luka tyas tidak separah
lukaku. Setelah selesai mengobati lukaku, tantenya mengantarkanku dan tyas
pulang ke rumah. Sesampainya di rumah ternyata ibuku sedang menungguku dengan
cemas. Dia mencariku kemana mana dan tidak ketemu. Ibuku yang melihatku penuh
dengan luka terlihat sangat khawatir. Dia mengajakku masuk ke dalam rumah dan
menasihatiku agar tidak berbohong sambil memberikanku salep di jidatku yang
benjol. Jidatku yang benjol sangat sulit di sembuhkan walaupun sudah diberi
obat. Sampai saat ini jidatku pun masih sedikit benjol karena terkena batu
tadi. Pada saat aku melihat jidatku yang benjol ini, aku teringat kejadian itu
dan tidak akan berbohong lagi, terutama kepada ibuku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar